Social Icons

French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 23 Juli 2013

Adaptasi Multidimensi Mahasiswa Baru

 Demi menuntut ilmu, tidak sedikit diantara kita yang rela hijrah ke kota tempat perguruan tinggi dan universitas yang didambakan berada. Bahkan harus terpisah jauh dengan keluarga di rumah dan teman-teman. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk mendapatkan pendidikan dan mencari pengalaman untuk mencapai cita-cita dan kehidupan yang lebih baik. Namun niat mulia kadang tidak selamanya berjalan mulus tanpa hambatan. Kamu yang akhirnya kuliah di kota yang berbeda dengan kota asal, tentu mempunyai tantangan cukup berat dalam menjalani kehidupan setidaknya empat tahun ke depan. 

Bagi yang mengalami kondisi seperti ini, diperlukan adaptasi multidimensi sebagai mahasiswa baru. Tidak saja lingkungan kampus yang perlu dipelajari karakteristiknya, namun bahasa, budaya, makanan dan lingkungan tempat tinggal baru pun perlu penyesuaian. Tidak sedikit mahasiswa pendatang yang tidak berhasil menyelesaikan pendidikan karena tidak bisa mengikuti sistem perkuliahan, bahkan ada yang hanya karena tidak cocok dengan cuaca kota setempat sehingga sering sakit-sakitan. Hal ini menandakan begitu penting dan besar pengaruh adaptasi terhadap kesuksesan seseorang di lingkungan tersebut.

Lingkungan kampus berbeda dengan sekolah
Dunia kampus sangat berbeda dengan lingkungan sekolah menengah yang sudah kamu alami. Kampus memiliki karakter yang jauh lebih kompleks dibandingkan sekolah menengah. Jika pada sekolah menengah segala sesuatu terasa telah disiapkan dengan utuh, berbeda dengan dunia kampus yang menuntut mahasiswa lebih proaktif dalam mencari informasi dan mengenali kebutuhannya masing-masing. Untuk itu, sebagai mahasiswa baru sudah sepatutnya menyesuaikan diri dengan sistem yang berlaku pada perguruan tinggi tempatmu kuliah.

1. Kenali kampus terutama sistem perkuliahan pada program studi
Semestinya ketika memilih sebuah program studi, setidaknya sudah sedikit mengetahui sistem dan aturan yang berlaku pada proses pengenalan awal di saat memutuskan mengambil program studi itu. Sehingga informasi tersebut bisa dijadikan modal ketika memasuki kampus. Tetapi jangan cepat puas karena ada banyak hal baru yang harus dipelajari, seperti proses registrasi, pengisian kartu rencana studi (KRS), perwalian dengan dosen wali, pengambilan mata kuliah dan aturan-aturan lain.
Galilah informasi sebanyak mungkin dari kakak kelas yang kuliah di program studi yang sama karena akan sangat membantu untuk mendapatkan informasi akurat. Kelalaian akibat ketidaktahuan terhadap informasi akan sangat merugikan dan merepotkan diri sendiri, seperti keterlambatan melakukan registrasi, pengisian KRS, atau perwalian akan membuatmu harus berurusan dengan bagian akademik yang tentu saja menambah pekerjaan. Maka hindari kelalaian tersebut dengan memahami sistem yang berlaku dan bertanya pada pihak terkait jika merasa belum memahaminya. Jika dirasa perlu catat tanggal-tanggal penting tersebut untuk menghindari keterlambatan.

2. Ikuti kegiatan masa orientasi kampus
Banyak mahasiswa baru merasa kegiatan orientasi kampus tidak begitu penting, bahkan masih mempunyai anggapan lama bahwa kegiatan tersebut tidak berguna karena bersifat perploncoan semata. Sebaiknya buang jauh-jauh pikirin tersebut karena saat ini sudah banyak perguruan tinggi menghapuskan perploncoaan dalam kegiatan orientasi kampus.
Masa orientasi kampus saat ini lebih banyak diisi dengan pengenalan terhadap program studi dan fakultas yang menaunginya. Pada kegiatan ini akan dijelaskan apa saja yang menjadi hak dan kewajiban mahasiswa termasuk proses rutin yang akan dilakukan selama menjadi mahasiswa pada kampus tersebut, seperti registrasi, pengisian KRS, pengenalan dengan dosen wali, prosedur pengambilan atau pembatalan mata kuliah yang sebelumnya disebutkan. Semakin kamu mengerti proses-proses tersebut semakin cepat dapat beradaptasi dengan lingkungan kampus.

3. Kenali aturan dan budaya program studi
Berbeda dengan SMA, perguruan tinggi merupakan salah satu wadah pendidikan andragogi atau pendidikan orang dewasa. Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk bisa mengikuti dan menguasai kemampuan tentang materi perkuliahan (hard skill), namun juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan diri yang bersifat non-teknis yang tidak berwujud (soft skill) seperti pengendalian emosi, manajemen waktu, kemampuan mengambil keputusan yang tepat dan lain-lain. Jika biasanya di SMA selalu masuk pukul 07.30 dan selesai pukul 14.00, maka di perguruan tinggi bisa saja kuliah mulai pukul 06.30 dan kembali masuk pukul 13.00. Untuk itu perlu membiasakan diri untuk mengikuti jadwal kuliah dengan baik sehingga proses adaptasi dapat berlangsung dengan cepat.

4. Kenali dosen wali, dosen pengajar, dan karakter mahasiswa lain
Dosen wali adalah orang tua selama berkuliah di program studi tersebut. Sehingga kamu harus mengenal siapa dosen yang ditugasi menjadi wali selama tercatat sebagai mahasiswa di kampus tersebut. Setiap kegiatan akademik yang akan ditempuh ke depan adalah atas persetujuan dosen wali sebagai orang tua yang akan membimbing dan mengarahkan agar proses perkuliahan berjalan lancar dan lulus tepat waktu dengan hasil maksimal. Sehingga jangan segan untuk menghubungi dosen wali jika merasa ada yang perlu dikonsultasikan berkaitan dengan kegiatan akademik apalagi di awal-awal masa adaptasi. Pengenalan dosen terutama dosen pengampu mata kuliah juga perlu dilakukan.
Seperti diketahui dosen punya wewenang penuh terhadap mata kuliah yang diampunya sehingga harus mengikuti gaya perkuliahan yang diterapkannya. Bisa saja metode yang diterapkan satu dosen berbeda dengan dosen lain. Namun hal ini baik untuk memperkaya diri dan belajar dalam menghadapi berbagai situasi dan tuntutan yang berbeda. Terakhir yang tidak kalah penting adalah penyesuaian dengan mahasiswa lain yang seangkatan maupun mahasiswa yang lebih tua. Biasanya keragaman budaya dan suku sangat terasa pada dunia kampus sehingga hargai mahasiswa lain dengan menghormati agama, budaya, dan suku orang lain.
Tidak hanya lingkungan kampus yang perlu penyesuaian, tetapi bagi yang berasal dari kota lain pun perlu penyesuaian jika tinggal di rumah kos. Keberhasilan di kampus tidak hanya dipengaruhi oleh kecerdasaan mahasiswa, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal. Tempat tinggal yang nyaman akan menunjang diri dalam memaksimalkan kemampuan. Tidak sedikit mahasiswa yang kesulitan mengikuti perkuliahan dengan baik karena lingkungan rumah kos yang tidak kondusif yang berimbas pada konsentrasi dan kenyamanan diri saat proses kuliah di kelas berlangsung. 

Apa saja yang perlu diperhatikan saat memilih rumah kos?
Sebaiknya bertanyalah kepada kakak angkatan di kampus tentang lokasi-lokasi rumah kos yang cukup nyaman. Bagaimana keamanan lokasi sekitar, ketersediaan air bersih, fasilitas yang disediakan, dan akses kendaraan. Jika telah menemukan rumah kos yang dirasa tepat maka kamu pun perlu melakukan adaptasi dengan penduduk sekitar dan sesama penghuni rumah kos. Kenyaman seseorang pada sebuah lingkungan dapat diciptakan melalui adaptasi yang baik. Apa saja yang bisa dilakukan dalam proses adapatasi?

1. Kenali lingkungan sekitar tempat kos
Pada dasarnya adaptasi menuntut kita untuk mengenal lingkungan. Lingkungan yang dikenal dengan baik akan memudahkan diri untuk menentukan sikap yang tepat dalam berinteraksi. Semakin kenal terhadap sesuatu semakin mudah diri untuk menyesuaikan dengan lingkungan baru. Kenali lingkungan sekitar rumah kos termasuk siapa Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) setempat dan jika perlu kunjungi dan melapor wujud tanggung jawab diri sebagai pendatang baru.

2. Usahakan mengerti bahasa penduduk sekitar
Bukan tidak mungkin lingkungan sekitar kampus tempat kuliah mempunyai budaya dan menggunakan bahasa daerah setempat. Sebagai pendatang sebaiknya perlahan-lahan mencoba mengerti budaya dan bahasa yang digunakan penduduk sekitar. Hal ini akan membuat diri lebih mudah diterima di lingkungan baru.

3. Saling menghargai sesama penghuni rumah kos
Rumah kos sangat berbeda dengan rumah sendiri. Kamu akan tinggal seatap dengan orang yang belum dikenal sebelumnya sehingga sudah pasti butuh penyesuaian. Sebagai penghuni baru, perkenalkan diri kepada penghuni lainnya. Sebagai individu yang berada dalam proses pendewasaan harus menyadari bahwa setiap orang berbeda-beda. Ada yang sangat suka mengundangmu untuk berbincang-bincang ke kamarnya, ada pula yang sangat tertutup terhadap orang lain. Selama dapat menghormati dan menghargai privasi mereka, niscaya kamu akan cepat diterima.

4. Ikuti peraturan rumah kos
Setiap rumah kos mempunyai peraturan masing-masing. Ada yang memberlakukan jam malam bagi setiap penghuni tanpa terkecuali, ada yang tidak mengizinkan membawa teman menginap walaupun untuk mengerjakan tugas atau belajar bersama. Sedapat mungkin ikuti semua peraturan yang telah ditetapkan karena ketika memutuskan untuk tinggal di sana, artinya secara tidak langsung bersedia mematuhi peraturan yang ada.
Jika ada hal-hal yang sifatnya sangat mendesak sehingga melenceng dari peraturan yang ditetapkan, sebaiknya komunikasikan terlebih dulu dengan pemilik atau penjaga rumah kos yang ditugasi. Hal ini membuat mereka merasa dihargai sekaligus mencoba mengerti kondisimu sehingga butuh toleransi khusus. Ikuti juga kebiasaan baik yang sudah terlebih dulu diterapkan oleh penghuni rumah kos terdahulu, seperti piket mingguan, menjaga kebersihan bersama, kebiasaan makan malam bersama, atau hal-hal lain selama sifatnya masih positif.
Adaptasi multidimensi yang dituntut pada seorang mahasiswa baru memang bukan hal yang mudah, apalagi jika ditambah dengan kondisi yang harus terpisah dengan keluarga. Namun begitu, semua tuntutan tersebut bukan hal yang tidak mungkin dilalui dengan baik. Terus berkomunikasi dengan keluarga bisa dijadikan dukungan moril yang tidak terganti dengan apapun. Jika masa-masa adaptasi tersebut berhasil dilalui dengan baik, maka kamu telah siap menjadi individu yang lebih dewasa. Selamat menjalani kehidupan kampus.

Pengirim :
Website : http://mjeducation.co

0 komentar:

Posting Komentar