MENJADI JENIUS DENGAN MENGOPTIMALKAN MEMORI OTAK MANUSIA
Jenius biasanya dikaitkan dengan kecerdasan di atas
rata-rata dan hanya dimiliki oleh orang-orang pilihan Tuhan. Bahkan tak
heran jika anak jenius sering dikatakan sebagai anak ajaib. Betapa
tidak, anak atau orang jenius ternyata mampu menangkap informasi dengan
cepat, bertindak dengan tepat dan ditunjukkan dengan hasil karya yang
memukau. Tingkat kreativitasnya tinggi dan imajinasinya luar biasa.
Masalahnya, apakah benar jenius hanya dimiliki orang-orang tertentu yang
sudah ditakdirkan Tuhan saja?
Jawabannya adalah tidak. Kenyataannya, setiap manusia
berkesempatan untuk bisa menjadi jenius. Thomas Alfa Edison sang
ilmuwan penemu lampu mengatakan bahwa jenius adalah 1% inspirasi dan 99%
keringat. Artinya jenius tidak datang begitu saja, melainkan diciptakan
dengan kerja keras. Caranya dengan mengoptimalkan fungsi organ yang
menjadi pusat dari semua pembelajaran, yaitu otak.
Otak memegang peranan penting dalam pembentukan
kejeniusan seseorang. Jenius bukan hanya proses berpikir, tapi juga
bertindak dengan cepat. Bukan hanya sel sensorik tapi juga motorik.
Semua sel saraf otak diberdayakan dengan baik dan optimal. Segala macam
informasi yang ditangkap oleh indra akan disimpan di dalam otak.
Kemampuan menyimpan dan memanggil kembali informasi dengan cepat inilah
yang dimiliki oleh orang jenius.
Merupakan fakta ilmiah bahwa otak memiliki 30 milliar
neuron yang bekerja melebihi kemampuan komputer paling canggih di
dunia. Dengan berat hanya ± 1,5 kg, ternyata otak mempunyai kapasitas
memori yang super besar yaitu mencapai 30 – 70 trilliun giga. Kapasitas
yang sangat memungkinkan bagi manusia untuk memasukkan segala informasi
yang terekam oleh indra. Semuanya ditransfer dengan kecepatan hanya
seperseribu detik. Wow! Kelebihan otak manusia yang dahsyat ini
lebih dari cukup untuk menjadi wadah pengolahan informasi yang kemudian
disebut sebagai proses berpikir. Inilah keajaiban sesungguhnya dari
otak manusia. Pikiran manusia ternyata dapat menciptakan hubungan dengan
pikiran orang lain di mana saja dan kapan saja. Baik disadari yang
kemudian disebut pikiran sadar, maupun yang tidak disadari yang kemudian
disebut pikiran bawah sadar. Inilah potensi terbesar manusia untuk bisa
menjadi jenius. Kemampuan otak setiap manusia adalah sama. Bedanya
hanya terletak pada kemampuan manusia untuk memanggil kembali informasi
yang diserap otak. Pikiran bawah sadar manusia mendominasi memori otak
yaitu menempati persentase 88%, sisanya digunakan dalam pikiran sadar
manusia seperti berjalan, makan, belajar dan kegiatan lain yang kita
lakukan secara sadar. Sementara perasaan manusia, luapan emosi dan
pengalaman disimpan dalam pikiran bawah sadar manusia yang memiliki
70–100 trilliun gambar.
1.Memori jangka pendek, yaitu memori yang berlangsung antara 15 sampai 30 detik.
2.Memori kerja, yaitu memori yang berlangsung dalam beberapa menit hingga beberapa jam.
3.Memori perantara atau memori bawah sadar, merupakan
gudang informasi yang menampung semua informasi yang terekam otak
sebelum diteruskan ke memori jangka panjang.
4.Memori jangka panjang, yaitu memori yang berlangsung selamanya dan tidak terbatas.
Keempat jenis memori otak inilah yang menentukan
seseorang dikatakan jenius, cerdas, pintar atau bahkan bodoh. Orang
jenius mampu merekam semua informasi yang didapat hingga mencapai memori
jangka panjang. Orang jenius juga memiliki kemampuan memanggil
informasi yang tersimpan di memori perantara dengan cepat tanpa
kesulitan sehingga melahirkan daya kreativitas dan imajinasi yang
tinggi. Orang cerdas dan pintar mampu memanfaatkan memori kerja jauh
lebih baik daripada memori lainnya. Meskipun tidak menutup kemungkinan
memori jangka panjangnya optimal jika informasi diserap terus-menerus.
Sementara orang yang tidak berlatih mengingat atau memanfaatkan otaknya
termasuk orang yang bodoh. Orang semacam ini sama saja dengan
menyia-nyiakan kecanggihan otak yang diberikan Tuhan. Informasi yang
hanya sampai di memori jangka pendek sebenarnya tidak hilang tapi
tersimpan di dalam memori bawah sadar kita. Pernahkah Anda merasa
melihat wajah seseorang di suatu tempat, tapi lupa siapa orang itu dan
dimana bertemu dengannya? Dengan berusaha memanggil kembali informasi
tersebut dengan cara mengingatnya, lambat laun Anda akan mengingat orang
tersebut.
Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat digunakan
untuk mengoptimalkan memori otak kita. Dengan berlatih secara kontinu,
tidak menutup kemungkinan bagi kita untuk menjadi jenius di suatu
bidang.
Kemampuan manusia menangkap dan memanggil kembali
informasi dari dalam otak memang berbeda-beda. Semuanya bergantung dari
faktor luar yang mempengaruhinya. Seperti lingkungan sekitar, keadaan
psikologis, usia, tingkat kebahagiaan dan faktor lain yang mempengaruhi
minat seseorang. Orang yang tergolong jenius selalu mempunyai jalan
keluar dari permasalahan yang dihadapinya dan tidak pernah menyerah
setiap kali mendapatkan tantangan baru. Berbeda dengan orang yang merasa
dirinya tidak jenius. Terutama orang yang hanya mampu menyimpan
informasi di memori jangka pendek. Dengan mengulang kejadian–kejadian
pendek seperti menghafalkan nomor telpon atau menghafalkan materi
pelajaran sekolah dan memahaminya, akan membuat otak merekam lebih
intens sehingga dapat tersimpan di memori jangka panjang dalam waktu
yang lama. Para juara olimpiade fisika dan matematika, pasti lebih
sering mengulang pelajaran sekolah dan berlatih soal. Sehingga ketika
dihadapkan dengan berbagai macam soal, memori jangka panjangnya akan
dengan cepat memanggil informasi yang diinginkan.
Kemampuan mempelajari dan mengingat ini sebenarnya
ada dua macam, yaitu fakta dan keterampilan. Memori fakta memudahkan
seseorang untuk menghafal rute jalan, definisi kata, gambar grafik,
bagian dari detail suatu sketsa, dan informasi lain yang berhubungan
dengan fakta. Sementara memori keterampilan memudahkan seseorang untuk
mempelajari cara bersepeda, membuat adonan kue, berjalan dan aktivitas
motorik lainnya.
Tidak semua orang mempunyai memori fakta dan memori
keterampilan yang sama besar. Kadang kita menjumpai orang yang bisa
dengan mudah menghafal rute jalan tapi tidak tahu nama jalan tersebut,
atau orang yang menghafal wajah orang tapi tidak tahu nama orang yang
bersangkutan. Dengan rajin mengulang hal-hal yang dianggap penting, akan
meningkatkan kemampuan otak menangkap dan memanggil informasi dengan
cepat.
Tidak ada tindakan yang berakhir sukses jika kita
melakukannya dalam keadaan labil (baca: tidak fokus, dalam keadaan
marah, emosi, sedih). Keadaan labil cenderung memicu stres. Faktanya
stres dalam waktu lama ternyata dapat melemahkan kemampuan otak. Hal ini
disebabkan oleh terpecahnya atau tidak fokusnya informasi antar-neuron.
Ibarat kata seperti jalinan bola yang semakin kusut. Orang yang sedih
dan terpuruk, akan susah berpikir jernih sehingga sulit menemukan jalan
keluar dari permasalahan yang dihadapinya. Begitu juga orang yang sedang
marah. Dengan berusaha menstabilkan emosi, akan memudahkan otak
berpikir logis dan tenang. Saraf otak atau neuron menjadi tidak tegang
sehingga aliran informasi akan kembali lancar. Usahakan kondisi kita
selalu termotivasi dan siaga, serta mampu mengendalikan emosi, karena
keadaan seperti itulah saat yang baik untuk belajar.
Pengirim :
Website : http://mjeducation.co
0 komentar:
Posting Komentar