Pesawat N 219 : Nyawa Baru Industri Pesawat Terbang Nusantara
Dalam satu tahun terakhir ini dunia penerbangan
nasional diwarnai dengan berita-berita tentang sejumlah maskapai
domestik yang berlomba dalam peremajaan armada mereka. Berbagai jenis
pesawat terbang baru seperti Boeing 737-900ER, Boeing 737-800NG dan
Airbus A320 akhirnya cukup mewarnai atau bahkan mendominasi
pesawat-pesawat terbang yang beroperasi pada beberapa bandara (khususnya
bandara besar) di Indonesia. Pada satu sisi itu adalah sesuatu hal yang
wajar dalam persaingan bisnis jasa angkutan udara. Namun di sisi lain,
maskapai penerbangan memang sudah seharusnya meremajakan armadanya
sebagai bagian dari tanggung jawab untuk memberikan tingkat keamanan
lebih, terutama mengingat tidak sedikit pesawat tua dengan usia di atas
20 tahun yang masih dioperasikan.
Terlepas dari pemberitaan tersebut, sebenarnya saat ini PTDI (PT. Dirgantara Indonesia)
tengah dalam proses pembuatan pesawat terbang yang diklaim murni buatan
dalam negeri sendiri. Pesawat terbang tersebut bernama N-219. Pada
akhir 2008 telah dilakukan uji aerodinamika pada model pesawat ini.
Kemudian uji aerodinamika yang kedua dilakukan pada tahun 2010 silam.
Alhasil rancangan pesawat N-219 telah lolos dalam uji aerodinamika dalam
kurun waktu sekitar 2 tahun tersebut.
N-219 merupakan pesawat terbang ringan yang memiliki karakter multiguna (multypurpose)
meskipun tanpa dilengkapi dengan sistem tekanan pada kabin. Multiguna
tersebut berarti bahwa pesawat terbang ini bisa digunakan untuk berbagai
misi, seperti pesawat angkut sipil, pesawat angkut militer, pesawat
kargo, pesawat penanggulangan bencana dan misi-misi yang lain.
Dibandingkan dengan produk lain sekelasnya, pesawat N-219
memiliki ruang kabin yang paling luas. Selain itu, desain pintu yang
dibuat fleksibel memudahkan operator dalam proses bongkar muat barang.
Pesawat terbang yang akan dibanderol dengan harga 4
juta dolar USD ini mampu lepas landas hanya dengan panjang landasan 500
hingga 600 meter, serta mendarat pada landasan dengan panjang di bawah
500 meter. Oleh karena itu pesawat N-219 sangat cocok untuk dioperasikan
pada daerah pedalaman yang berbukit-bukit, yang mana biasanya hanya
memiliki fasilitas landasan terbatas. Indonesia terutama bagian timur
memiliki karakter wilayah seperti itu sehingga merupakan pasar yang
sangat potensial bagi pesawat tersebut.
Seperti pesawat terbang lainnya (terutama untuk
pesawat fix wing) yang pernah dibuat di PTDI, nama N-219 juga memiliki
arti. Huruf “N” yang merupakan kependekan dari kata “nusantara”
memberikan arti bahwa pesawat terbang ini asli buatan Indonesia. Angka
“2” menjelaskan bahwa pesawat terbang ini ditenagai dengan 2 buah engine
yang terpasang pada 2 sayapnya. Sementara itu, angka “19” menjelaskan
bahwa nantinya pesawat terbang ini akan didesain dengan 19 tempat duduk
penumpang (khususnya untuk versi angkut sipilnya).
PTDI dan Pemerintah mesti bisa mengambil pelajaran
berharga dari kisah sedih di masa silam. Kalau dulu dengan N-250 nya,
PTDI sempat gagal di tengah jalan, maka 1 atau 2 tahun ke depan industri
pesawat yang ada di Bandung ini harus sukses menjadikan N-219 sebagai
sebuah “nyawa baru” yang akan menjadi mercusuar dalam pengembangan
pesawat-pesawat berikutnya.
Pengirim :
Website : http://mjeducation.co
0 komentar:
Posting Komentar